Termokimia merupakan bagian ilmu kimia yang
mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan perubahan energi yang
menyertainya. Dalam praktiknya di
laboratorium, termokimia lebih banyak berhubungan dengan pengukuran kalor yang
menyertai reaksi kimia atau proses - proses yang berhubungan dengan perubahan
struktur zat, misalnya perubahan wujud atau perubahan struktur kristal.
Dalam termokimia ada dua hal yang
perlu diperhatikan yang menyangkut perpindahan energi yaitu sistem
dan lingkungan.
Segala sesuatu yang menjadi pusat
perhatian dalam mempelajari perubahan
energi disebut sistem sedangkan hal-hal
diluar sistem yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem disebut lingkungan.
Contoh:
Pada reaksi antara larutan NaOH dengan
larutan HCl dalam suatu tabung reaksi dan terjadi kenaikan suhu yang
menyebabkan suhu tabung reaksi naik demikian pula suhu disekitarnya.
Pada contoh tersebut yang menjadi
pusat perhatian adalah larutan NaOH dan lartutan HCl, dengan demikian larutan
NaOH dan HCl disebut sistem, sedangkan tabung reaksi, suhu udara, tekanan udara merupakan lingkungan.
Berdasar interaksinya dengan
lingkungan sistem dibedakan menjadi tiga macam yaitu sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi.
a.
Sistem
Terbuka.
Sistem
terbuka adalah suatu sistem dimana dapat terjadinya pertukaran kalor dan zat
(materi) antara lingkungan dengan
sistem.
Contoh
:
Reaksi
antara logam magnesium dengan asam klorida encer yang dilakukan pada tabung
reaksi yang terbuka. Pada peristiwa ini
terjadi reaksi,
Mg(s) + 2
HCl(aq) ® MgCl2(aq) + H2(g)
Karena
reaksi dilakukan pada tabung terbuka maka gas hidrogen yang terjadi akan keluar
dari sistem ke lingkungan, dan kalor yang dihasilkan pada reaksi tersebut akan
merambat keluar dari sistem ke lingkungan pula.
b.
Sistem Tertutup
Suatu sistem
dimana antara sistem dan lingkungan dapat terjadi pertukaran kalor tetapi tidak
dapat terjadi pertukaran materi.
Contoh :
Bila reaksi
antara logam magnesium dengan asam klorida encer tersebut dilakukan pada tabung
reaksi yang tersumbat dengan rapat, maka gas hidrogen (materi) didalam sistem
tidak dapat meninggalkan (keluar) dari sistem, tetapi perambatan kalor
meninggalkan (keluar ) dari sistem tetap
terjadi melalui dinding tabung reaksi.
c.
Sistem
Terisolasi
Sistem
terisolasi merupakan sistem dimana tidak memungkinkan terjadinya pertukaran
kalor dan materi antara sistem dengan lingkungan
Contoh :
Bila reaksi
antara logam magnesium dan asam klorida encer tersebut dilakukan didalam suatu
tempat yang tertutup rapat (terisolasi) didalam penyimpan air panas (termos)
Pada umumnya
reaksi kimia banyak dilakukan didalam sistem yang terbuka.
Energi dan Entalpi.
Bila suatu
sistem mengalami perubahan dan dalam perubahan tersebut menyerap kalor, maka
sebagian energi yang diserap tersebut digunakan untuk melakukan kerja,(w), misalnya pada pemuaian gas kerja tersebut
digunakan untuk melawan tekanan udara disekitarnya. Sebagian lain dari energi
tersebut disimpan dalam sistem tersebut
yang digunakan untuk gerakan-gerakan atom-atom atau molekul-molekul
serta mengatur interaksi antar molekul tersebut. Bagian energi yang disimpan
ini disebut dengan energi dalam (U).
Reaksi kimia
pada umumnya merupakan sistem terbuka atau tekanan tetap, oleh karena itu
proses yang melibatkan perubahan volume, ada kerja yang menyertai proses
tersebut yang walupun kecil tetapi cukup berarti. Menurut hukum Kekekalan energi ( Hukum Termodinamika I ) hal tersebut
harus diperhatikan. Oleh karena itu perlu suatu fungsi baru ( besaran
baru) yang disebut dengan entalpi, H,
yang berhubungan dengan perubahan kalor pada tekanan tetap.
Dari hukum
Termodinamika I didapat bahwa,
H = U + PV
dan perubahan
entalpi dapat dinyatakan dengan persamaan
DH = DU + D(PV)
Dari persamaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bila reaksi dilakukan pada tekanan tetap maka
perubahan kalor yang terjadi akan sama dengan perubahan entalpi sebab perubahan
tekanannya 0 (nol). Jadi besarnya
entalpi sama dengan besarnya energi dalam yang disimpan didalam suatu sistem,
maka dapat disimpulkan bahwa,
Entalpi ( H
) adalah merupakan energi dalam bentuk
kalor yang tersimpan didalam suatu sistem. Pada umumnya entalpi suatu sistem disebut juga sebagai kandungan panas atau isi panas suatu zat.
Perubahan Entalpi (DH)
Energi
dalam yang disimpan suatu sistem tidak dapat diketahui dengan pasti, yang dapat
diketahui adalah besarnya perubahan energi dari suatu sistem bila sistem
tersebut mengalami suatu perubahan. Perubahan
yang terjadi pada suatu sistem akan selalu disertai perubahan energi, dan
besarnya perubahan energi tersebut dapat diukur, oleh karena itu perubahan
entalpi suatu sistem dapat diukur bila sistem mengalami perubahan.
Dapat
dianalogikan bahwa energi dalam suatu zat dengan isi kantong seseorang.
Seberapa besar seluruh uang yang tersimpan dalam kantong seseorang tidak dapat dipastikan, yang dapat diketahui
hanya seberapa banyak orang tersebut memasukkan atau mengeluarkan uangnya atau
perubahannya, perbedaanya bila isi
kantong dapat dikeluarkan semuanya tetapi energi suatu zat tidak mungkin
dikeluarkan semuanya.
Sistem dapat
mengalami perubahan karena berbagai hal, misalnya akibat perubahan tekanan,
perubahan volum atau perubahan kalor.
Perubahan volum dan perubahan tekanan dapat disertai pula perubahan
kalor , demikian pula sebaliknya.
Bila sistem
mengalami perubahan pada tekanan tetap, maka besarnya perubahan kalor disebut dengan perubahan entalpi (DH).
Jika suatu
reaksi berlangsung pada tekanan tetap maka perubahan entalpinya sama dengan
kalor yang harus dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya agar
suhu sistem kembali kedalam keadaan semula.
DH = qp
Besarnya
perubahan entalpi suatu sistem dinyatakan sebagai selisih besarnya entalpi
sistem setelah mengalami perubahan dengan besarnya eentalpi sistem sebelum
perubahan yang dilakukan pada tekanan tetap.
DH = Hakhir - Hawal
Perubahan
entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh jumlah zat , keadaan fisis dari zat tersebut, suhu dan tekanan.
Contoh
:
1) Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dan gas oksigen
pada 250C , 1 atm. dilepaskan kalor
sebesar 285,5 kJ dan pada pembentukan 2 mol air dari gas hidrogen dan
oksigen pada 250C, 1 atm.
dilepaskan 571 kJ.
2) Pada pemebntukan 1 mol uap
air dari gas hidrogen dan oksigen pada
250C, 1 atm. dilepaskan kalor
sebesar 240 kJ, sedangkan bila yang terbentuk air dalam wujud cair
dilepaskan kalor 285,5 kJ/mol.
3) Kalor penguapan air pada 250C,
1 atm. adalah 44 kJ/mol sedangkan pada 1000C 1atm. kalor
penguapannya 40 kJ/mol.
Berdasar
contoh tersebut maka didalam membandingkan besarnya perubahan entalpi suatu
sistem sebelum dan sesudah reaksi harus dilakukan pada kondisi yang sama.
Reaksi Endoterm dan Reaksi Eksoterm.
Bila suatu reaksi dilakukan dalam sistem terisolasi
(tersekat) mengalami perubahan yang
mengakibatkan terjadinya penurunan energi potensial partikel-partikelnya, maka
untuk mengimbangi hal tersebut energi kinetik partikel-partikelnya harus
mengalami kenaikan, sebab didalam sistem
tersekat energi dalam sistem harus tetap. Adanya kenaikan energi kinetik
ditunjukkan dengan adanya kenaikan suhu sistem, akibatnya akan terjadi aliran
kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi
yang menyebabkan terjadinya aliran kalor dari sistem ke lingkungan disebut
dengan reaksi eksoterm.
Reaksi
endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan
ke sistem.. Dalam hal ini sistem melepaskan kalor ke
lingkungan. Pada reaksi eksoterm umumnya suhu sistem naik , adanya kenaikan
suhu inilah yang mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem, dalam reaksi ini kalor diserap oleh sistem
dari lingkungannya. Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya
penurunan suhu, sebab dengan adanya penurunan suhu sistem inilah yang
mengakibatkan terjadinya penyerapan kalor oleh sistem.
Bila perubahan
entalpi sistem dirumuskan,
DH = Hakhir - Hawal
maka pada
reaksi Eksoterm dimana sistem melepas kalor berarti ,
Hakhir <
Hawal
dan
DH < 0
(berharga negatip)
Hal yang sama
terjadi pada reaksi endoterm,
Hakhir >
Hawal
sehingga,
DH > 0
( berharga positip)
Contoh :
1) Pada
pembakaran 1 mol arang (karbon) menjadi gas CO2 pada tekanan tetap dilepaskan kalor 393,5 kJ. Terjadinya pelepasan kalor ini
diakibatkan suhu sistem naik sehingga karena suhu sistem lebih tinggi dari
lingkungan, maka akan terjadi aliran kalor dari sistem ke lingkungan. Adanya aliran kalor dari sistem ke lingkungan
mengakibatkan entalpi sistem berkurang sebesar 393,5 kJ, maka reaksi pembakaran
karbon disebut reaksi eksoterm.
2) Pada proses
perubahan es H2O(s) menjadi
air H2O(l) terjadi penyerapan kalor oleh es dari lingkungan yang
disebabkan suhu es lebih rendah dari lingkungan.
Persamaan Termokimia.
Persamaan
termokimia menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi tentang perubahan
entalpi ( kalor) yang menyertai reaksi tersebut. Pada persamaan termokimia terpapar pula jumlah zat yang terlibat reaksi
yang ditunjukkan oleh koefisien reaksi dan keadaan ( fasa) zat yang terlibat
reaksi.
Contoh
:
Pada
pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm . dilepaskan kalor sebesar
285,5 kJ .
Persamaan
termokimia dari pernyataan tersebut adalah,
H2(g)
+ ½ O2(g) ¾¾® H2O(l) DH = - 285,5
kJ
Perubahan Entalpi Standar. ( DH0)
Keadaan standar
pengukuran perubahan entalpi
adalah pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Keadaan standar ini perlu
karena pengukuran pada suhu dan tekanan yang berbeda akan menghasilkan harga
perubahan entalpi yang berbeda.
Beberapa jenis
Perubahan entalpi standar
a. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (DHfo)
Perubahan
entalpi pembentukan standar ( Standar
Entalphi of Formation) merupakan perubahan
entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsurnya
yang paling stabil pada keadaan standar.
Satuan
perubahan entalpi pembentukan standar menurut Sistem Internasional (SI) adalah
kilojoule permol (kJ.mol-1). Harga perubahan entalpi pembentukan
standar selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Contoh
:
·
Perubahan
entalpi pembentukan standar dari kristal
amonium klorida adalah -314,4 kJ.mol-1. Persamaan termokimia dari pernyataan tersebut
adalah,
½ N2(g) + 2H2(g) + ½ Cl2(g) ¾¾® NH4Cl
(s) DHfo
= - 314,4 kJ.mol-1
Catatan : Perubahan entalpi pembentukan standar (DHfo
) unsur bebas diberi harga nol (0).
b. Perubahan Entalpi Peruraian Standar (DHd)
Perubahan
entalpi peruraian standar ( Standard
Entalpi of Decomposition) DHd adalah perubahan entalpi yang terjadi pada
peruraian 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada
keadaan standar.
Pada dasarnya
perubahan entalpi peruaraian standar merupakan kebalikan dari perubahanentalpi
pembentukan standar, karena merupakan kebalikan maka harganyapun akan
berlawanan tandanya.
Contoh :
Jika DHfo
H2O(g) = -240 kJ.mol-1, maka DHdH2O
= + 240 kJ.mol-1 dan persamaan
termokimianya adalah,
H2O(l) ¾¾® H2(g)
+ ½ O2(g) DH = + 240 kJ
c. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (DHc)
Perubahan
entalpi pembakaran standar ( Standard
Entalphi of Combustion) adalah perubahan
entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna.
Pembakaran
merupakan reaksi suatu zat dengan oksigen, dengan demikian bila suatu zat
dibakar sempurna dan zat itu mengandung,
1).
C ¾¾® CO2(g)
2).
H ¾¾® H2O(g)
3). S ¾¾® SO2 (g)
Contoh :
Jika diketahui
DHc
C = -393,5 kJ.mol-1, berapa kalor yang terjadi pada pembakaran 1 kg arang, jika
dianggap bahwa arang mengandung 48%
karbon dan Ar C = 12.
Penyelesaian :
Diketahui :
DHc
C =
-393,5 kJ.mol-1
=
48 gram
Ditanya : Q
Jawab :
Pada
pembakaran 1 mol karbon dibebaskan kalor 393,5 kJ maka pada pembakaran
karbon sebanyak 48/12 mol karbon
dihasilkan kalor sebanyak
=
48/12 x 393,5 kJ
=
1574,0 kJ
Penentuan Perubahan Entalpi
1.
Kalorimetri
Perubahan
entalpi merupakan perubahan kalor yang diukur pada tekanan tetap, maka untuk
menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan
perubahan kalor yang dilakukan pada
tekanan tetap.
Kalor
merupakan bentuk energi yang terjadi akibat adanya perubahan suhu, jadi
perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan
suhu yang terjadi. Jumlah kalor yang dilepas atau diserap oleh suatu sistem
sebanding dengan massa ,
kalor jenis zat dan perubahan suhunya.
Hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan perubahan kalor dirumuskan dengan persamaan,
q = m x c x Dt
dimana,
q
= perubahan kalor (Joule)
m
= massa
zat (gram)
c =
kalor jenis zat (J g-1
K-1)
Dt =
perubahan suhu (K)
Pengukuran
perubahan kalor dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter sederhana dapat
dibuat dari gelas atau wadah yang
bersifat isolator ( tidak menyerap kalor) misalnya gelas styrofoam atau plastik. Dengan alat yang bersifat
isolator dianggap wadah tidak menyerap kalor yang terjadi pada suatu reaksi,
atau perubahan kalor yang terjadi selama reaksi dianggap tidak ada yang hilang.
Kalorimeter Bom (Boom Calorimeter) merupakan suatu kalorimeter yang dirancang
khusus sehingga sistem benar-benar dalam keadaan terisolasi. Umumnya digunakan
untuk menentukan perubahan entalpi dari reaksi-reaksi pembakaran yang
melibatkan gas. Didalam kalorimeter bom terdapat ruang khusus untuk berlangsungnya
reaksi yang disekitarnya diselubungi air
sebagai penyerap kalor.
Sistem reaksi di dalam
kalorimeter diusahakan benar-benar terisolasi sehingga kenaikan atau penurunan
suhu yang terjadi benar-benar hanya digunakan untuk menaikkan suhu air didalam
kalorimeter bom.
Meskipun sistem telah diusahakan terisolasi tetapi
ada kemungkinan sistem masih dapat menyerap atau melepaskan kalor ke
lingkungan, yang dalam hal ini lingkungannya adalah kalorimeter itu sendiri.
Jika kalorimeter juga terlibat didalam pertukaran kalor,
maka besarnya kalor yang diserap atau
dilepas oleh kalorimeter harus diperhitungkan .
Kalor yang diserap atau dilepas oleh kalorimeter
disebut dengan kapasitas kalorimeter ( C
).
Contoh
:
1. Didalam suatu kalorimeter bom
direaksikan 0,16 gram gas metana (CH4) dengan oksigen berlebihan ,
sehingga terjadi reaksi,
CH4(g)
+ 2 O2(g) —®
CO2(g) + 2H2O (g)
Ternyata terjadi kenaikan suhu 1,56oC .
Jika diketahui kapasitas kalor kalorimeter adalah 958 J/oC , massa air didalam
kalorimeter adalah 1000 gram dan kalor jenis air 4,18 J/g oC. Tentukanlah kalor
pembakaran gas metana dalam kJ/mol. (Ar
C = 16, H = 1)
Penyelesaian :
Kalor yang dilepas sistem sama dengan kalor yang
diserap oleh air dalam kalorimeter dan oleh klorimeternya, maka
qsistem = qair + q kalorimeter
qair =
mair x cair x D t
=
1000 g x 4,18 J/g oC x 1,56 oC
= 6520 J
qkal =
Ckalorimeter x Dt
=
958 J/oC x 1,56oC
=
1494 J
maka
qsistem = (6520 + 1494) J
=
8014 J
=
8,014 kJ
Jumlah metana yang dibakar adalah 0,16 gram
CH4 = (0,16/16) mol
=
0,01 mol
maka untuk setiap mol CH4 akan dilepas
kalor sebanyak
= 801,4 kJ/mol
Karena sistem melepas kalor maka perubahan
entalpinya berharga negatif sehingga,
D Hc CH4
= - 801, 4 kJ/ mol
2. Dalam suatu kalorimeter
direaksikan 100 cm3 larutan NaOH 1 M dengan 100 cm3
larutan HCl 1 M, ternyata suhunya naik dari 250C menjadi 310C. kalor jenis larutan dianggap
sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 Jg-1K-1 dan massa jenis larutan
dianggap 1 g/cm3. Jika
dianggap bahwa kalorimeter tidak menyerap kalor , tentukanlah perubahan entalpi
dari reaksi
NaOH (aq) +
HCl(aq) ¾¾® NaCl (aq)
+ H2O (l)
Penyelesaian :
qsistem
= qlarutan + qkalorimeter
karena qkalorimeter diabaikan maka
qsistem
= qlarutan
= (100 + 100)
= 200 gram
Dt = 31 - 25
= 60C
= 6 K
qlarutan = mlarutan x c larutan x Dt
=
200 gram x 4,18 J gram-1K-1 x 6 K
= 5016
Joule
= 5,016 kJ
NaOH
= HCl = 0,1 L x 1 mol /L
=
0,1 mol
Jadi pada
reaksi antara 0,1 mol NaOH dengan 0,1 mol HCl
terjadi perubahan kalor
= 5,016 kJ
maka untuk
setiap 1 mol NaOH bereaksi dengan
1 mol HCl akan terjadi perubahan kalor
= 5,016 kJ/0,1 mol
= 50,16 kJ/mol
Karena pada
saat reaksi suhu sistem naik maka berarti reaksinya eksoterm, dan perubahan
entalpinya berharga negatif .
Persamaan
termokimianya :
NaOH(aq) + HCl
(aq) ¾¾® NaCl(aq) + H2O
(l) DH = - 50,16 kJ
2.
Hukum Hess.
Pengukuran
perubahan entalpi suatu reaksi
kadangkala tidak dapat ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi
pembentukan standar (DHf0)
CO.
Reaksi
pembentukan CO adalah ,
C (s) + ½ O2(g) ¾¾® CO(g)
Reaksi
pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa disertai
terbentuknya gas CO2, jadi
bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi tersebut yang terukur
tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja, tetapi juga terukur pula perubahan
entalpi dari reaksi :
C(s) + O2 ¾¾® CO2 (g)
Untuk
mengatasi persoalan tersebut Henry Germain Hess (1840) melakukan
serangkaian percobaan dan didapat kesimpulan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan
fungsi keadaan, artinya, bahwa perubahan
entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal (zat-zat pereaksi) dan
keadaan akhir (zat-zat hasil reaksi)
dari suatu reaksi dan tidak
tergantung bagaimana jalanya reaksi. Pernyataan ini dikenal dengan Hukum
Hess.
Contoh
:
Reaksi
pembakaran karbon menjadi gas CO2 dapat berlangsung dalam dua tahap
yaitu,
Tahap 1 : C (s) +
½ O2(g) ¾¾® CO(g) ........ DH = a kJ
Tahap 2 : CO(g) +
½ O2(g) ¾¾® CO2(g) ......DH = b kJ
Dengan
demikian perubahan entalpi secara keseluruhan bila reaksi dilakukan dalam satu
tahap, tanpa melewati gas CO
Tahap langsung
: C(s) + O2(g) ¾¾® CO2(g)
....DH
= (a+b) kJ
Dari
kedua kemungkinan tersebut maka penentuan perubahan entalpi pembentukan gas CO
dapat dilakukan dengan cara,
1) Menetukan secara kalorimetri
perubahan entalpi dari reaksi tahap langsung dan didapat,
C(s)
+ O2(g) ¾¾® CO2(g)
........ DH
= - 394 kJ
2) Menetukan
secara kalorimetri perubahan entalpi tahap 2, dan didapat
CO(g) +
½ O2(g) ¾¾® CO2(g) ......DH = -110 kJ
Dari kedua
reaksi tersebut didapat perubahan entalpi untuk reaksi tahap 1 adalah, - 394 kJ = a + (-111) kJ
a = (- 394 ) - (-110) kJ
=
- 284 kJ
sehingga
: C (s) + ½ O2(g) ¾¾® CO(g) ........ DH = - 284 kJ
Energi Ikatan
Reaksi kimia
pada dasarnya terdiri dari dua proses, yang pertama adalah pemutusan ikatan -
ikatan antar atom dari senyawa yang
bereaksi, yang kedua adalah proses penggabungan ikatan kembali dari atom-atom
yang terlibat reaksi sehingga membentuk susunan baru.
Proses
pemutusan ikatan merupakan proses yang memerlukan energi (kalor) sedangkan proses penggabungan ikatan adalah proses yang
membebaskan energi (kalor).
Kalor yang diperlukan untuk memutuskan ikatan oleh
satu mol molekul gas menjadi atom - atom atau gugus dalam keadaan gas disebut dengan energi ikatan.
Energi Dissosiasi Ikatan (D)
Energi dissosiasi ikatan merupakan energi yang
diperlukan untuk memutuskan salah satu ikatan 1 mol suatu molekul gas menjadi
gugus-gugus molekul gas.
contoh:
CH4
(g) ® CH3(g) + H(g) DH = + 425 kJ/mol
CH3
(g) ® CH2(g) + H(g) DH = + 480 kJ/mol
Dari
reaksi tersebut menunjukkan bahwa untuk
memutuskan sebuah ikatan C – H dari
molekul CH4 menjadi gugus CH3 dan atom gas H diperlukan
energi sebesar 425 kJ/mol, tetapi pada pemutusan ikatan C – H pada gugus CH3
menjadi gugus CH2 dan sebuah atom gas H diperlukan energi yang lebih
besar, yaitu 480 kJ/mol.
Jadi meskipun
jenis ikatannya sama tetapi dari gugus yang berbeda diperlukan energi yang
berbeda pula.
Energi Ikatan Rata- Rata
Energi ikatan rata-rata merupakan energi rata-rata
yang diperlukan untuk memutus sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul
gas menjadi atom-atom gas.
Contoh:
CH4
(g) ® CH3(g) + H(g) DH = + 425 kJ/mol
CH3
(g) ® CH2(g) + H(g) DH = + 480 kJ/mol
CH2 (g) ® CH (g) + H (g) DH = + 425
kJ/mol
CH (g) ® C (g) +
H (g) DH = + 335 kJ/mol
Jika keempat
reaksi tersebut dijumlahkan maka akan diperlukan energi 1664 kJ/mol, maka dapat
dirata – rata untuk setiap ikatan didapatkan harga +146 kJ/mol.
Jadi energi
ikatan rata-rata dari ikatan C – H adalah 416 kJ/mol
Energi ikatan
rata-rata merupakan besaran yang cukup berarti untuk meramalkan besarnya energi
dari suatu reaksi yang sukar ditentukan melalui pengukuran langsung dengan
kalorimeter, meskipun terdapat penyimpangan – penyimpangan.
Tabel 1.1.
Energi Ikatan Rata-rata Beberapa
Ikatan (kJ.mol-1)
Ikatan
|
Energi
Ikatan rata-rata (kJ/mol)
|
Ikatan
|
Energi
Ikatan rata-rata (kJ/mol)
|
C – H
C – C
C – O
C – F
C – Cl
C – Br
H - Br
H – H
H – O
F – F
Cl – Cl
Br – Br
|
+ 413
+ 348
+ 358
+ 485
+ 431
+ 276
+ 366
+ 436
+ 463
+ 155
+ 242
+ 193
|
I – I
C – I
N - O
N – H
N - N
C = C
C = O
O = O
N º N
C º N
C º C
|
+ 151
+ 240
+ 201
+ 391
+ 163
+ 614
+ 799
+ 495
+ 491
+ 891
+ 839
|
Energi ikatan
dapat sebagai petunjuk kekuatan ikatan dan kesetabilan suatu molekul. Molekul
dengan energi ikatan besar berarti
ikatan dalam molekul tersebut kuat yang bearti stabil. Molekul dengan energi
ikatan kecil berarti mudah terurai.
Bahan Bakar
dan Perubahan Entalpi.
Bahan bakar
merupakan suatu senyawa yang bila dilakukan pembakaran terhadapnya dihasilkan
kalor yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Bahan bakar yang banyak
dikenal adalah jenis bahan bakar fosil, misalnya minyak bumi atau batu bara.
Selain bahan bakar fosil dikembangkan pula bahan bakar jenis lain misalnya
alkohol, hidrogen. Nilai kalor bakar dari bahan bakar umumnya dinyatakan dalam
satuan kJ/gram, yang menyatakan berapa kJ kalor yang dapat dihasilkan dari
pembakaran 1 gram bahan bakar tersebut, misalnya nilai kalor bakar bensin 48 kJ
g-1, artinya setiap pembakaran sempurna 1 gram bensin akan
dihasilkan kalor sebesar 48 kJ. Berikut
ini nilai kalor bakar beberapa bahan bakar yang umum dikenal.
Tabel 1.2. Nilai Kalor Bakar Beberapa Bahan Bakar
Bahan Bakar
|
Nilai Kalor
Bakar (kJ g-1)
|
Gas alam (LNG)
Batu bara
Bensin
Arang
Kayu
|
49
32
48
34
18
|
Nilai kalor
bakar dapat digunakan untuk memperkirakan harga energi suatu bahan bakar.
Contoh:
Harga arang Rp
10200,-/kg, dan harga LPG Rp 2600,-/kg.
Nilai kalor Bakar arang 34 kJ/gram dan
nilai kalor bakar LPG 40 kJ/gram. Dari informasi tersebut dapat diketahui harga kalor yang lebih murah, yang berasal dari arang atau
dari LPG.
Nilai kalor
bakar arang : 34 kJ/gram, jadi uang Rp. 1200,- dapat untuk memperoleh 1000
gram arang dan didapat kalor sebanyak
= 34 x 1000 kJ
= 34.000 kJ
Jadi tiap
rupiahnya mendapat kalor sebanyak
= 34000
/1200
=
28,3 kJ/rupiah.
Untuk LPG,
nilai kalor bakarnya : 40 kJ/gram, jadi
uang Rp. 2600 dapat untuk memperoleh
1000 gram LPG dan kalor sebanyak
= 40 x 1000 kJ
= 40.000 kJ
Jadi tiap
rupiahnya mendapat kalor sebanyak : 40.000/2600
= 15,4 kJ/rupiah
Kesimpulannya
: dipandang dari sudut energi yang diperoleh tiap rupiahnya lebih murah menggunakan LPG sebagai bahan bakar. Dalam
pemilihan jenis bahan bakar juga harus mempertimbangkan segi -segi lain,
misalnya kepraktisan, ketersediaanya dan faktor-faktor lain misalnya
kepraktisan, kebersihannya dan tingkat pencemarannya. Dari kedua faktor
tersebut penggunaan LPG sebenarnya lebih menguntungkan daripada arang.
Salah satu
faktor yang perlu diperhitungkan dalam penggunaan bahan bakar adalah tingkat
kesempurnaan pembakarannya. Pembakaran
tidak sempurna dipandang dari sudut
energi yang dihasilkan, akan merugikan
sebab akan dihasilkan energi yang lebih sedikit.
Contoh:
1.
C3H8(g) + 5O2(g) ¾¾® 3CO2(g) + 4H2O(g) DH = - 2218 kJ
2.
C3H8(g) + O2(g)
¾¾® 2CO2(g) + CO(g) + 4H2O(g) DH = - 1934 kJ
Dari kedua
contoh terlihat bahwa pada pembakaran sempurna (reaksi 1) dihasilkan kalor yang
lebih banyak daripada pembakaran tidak sempurna (reaksi 2). Selain energi yang lebih sedikit pada
pembakaran tidak sempurna dihasilkan pula senyawa CO yang dapat menimbulkan pencemaran.
Sumber : sumber belajar.belajar.kemendikbud.go.id
If you're attempting to burn fat then you need to start using this brand new tailor-made keto plan.
BalasHapusTo produce this keto diet, certified nutritionists, personal trainers, and cooks joined together to produce keto meal plans that are useful, suitable, economically-efficient, and enjoyable.
From their first launch in 2019, 100's of individuals have already completely transformed their body and well-being with the benefits a great keto plan can provide.
Speaking of benefits; in this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones provided by the keto plan.